I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup
sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan
lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam
kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan
kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling
menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang
teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang
harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding
makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan
untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan
kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik,
kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling
tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri,
kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah
yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin
dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak
permasalahan yang penulis dapatkan. Permasalahan tsb antara lain :
v Bagaimana hakikat menjadi seorang
pemimpin?
v Adakah teori – teori untuk menjadi
pemimpin yang baik?
v Apa & bagaimana menjadi pemimpin yang
melayani?
v Apa & bagaimana menjadi pemimpin
sejati?
v Bagaimana hubungan kearifan lokal dengan
kepemimpinan?
I.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan
penulisan karya tulis ini adalah
· Melatih mahasiswa menyusun paper dalam
upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa.
· Agar mahasiswa lebih memahami dan
mendalami pokok bahasan khususnya tentang kepemimpinan dan kearifan lokal.
I.4 METODE
PENULISAN
Dari banyak
metode yang penulis ketahui, penulis menggunakan metode kepustakaan. Pada zaman
modern ini metode kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi
dapat pula dilakukan dengan pergi ke warung internet (warnet). Penulis
menggunakan metode ini karena jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta
sangat mudah untuk mencari bahan dan data – data tentang topik ataupun materi
yang penulis gunakan untuk karya tulis ini.
I.5 RUANG
LINGKUP
Mengingat
keterbatasan waktu dan kemampuan yang penulis miliki maka ruang lingkup karya
tulis ini terbatas pada pembahasan mengenai kepemimpinan dan kearifan lokal
.BAB II
PEMBAHASAN
II.1 HAKIKAT
KEPEMIMPINAN
Dalam kehidupan
sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai
dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu
dengan lainnya.
Beberapa
ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :
· Menurut Drs. H. Malayu S.P.
Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya
mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam
mencapai tujuan.
· Menurut Robert Tanembaum,
Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab,
supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
· Menurut Prof. Maccoby,
Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan
segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa
kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan
moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin
menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
· Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang
baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya
mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
· Menurut Davis and Filley, Pemimpin
adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang
melakukan suatu pekerjaan memimpin.
· Sedangakn menurut Pancasila,
Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan
membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan
Pancasila adalah :
v Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus
mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan
bagi orang – orang yang dipimpinnya.
v Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus
mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang
dibimbingnya.
v Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu
mendorong orang – orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup
bertanggung jawab.
Seorang pemimpin
boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai
apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik
dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin,
dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah
serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur
orang lain.
Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau
melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and
directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence,
respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”.
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang
sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama
secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Kekuasaan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan
pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang
dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan.
Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya,
tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa
kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan,
apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau
kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Fungsi pemimpin
dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang
sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada
dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
– Fungsi
administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan
menyediakan fasilitasnya.
– Fungsi
sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing,
directing, commanding, controling, dsb.
II.2 TEORI
KEPEMIMPINAN
Memahami
teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif
serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya
tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin
harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi
dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara
lain :
Ø Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah
tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri.
Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan
bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal
dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh
dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat
kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui
pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental,
dan kepribadian.
Keith Devis
merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi, antara lain :
o Kecerdasan
Berdasarkan hasil
penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan
rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih
tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
o Kedewasaan
dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam
melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang
pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat
pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang
diyakini kebenarannya.
o Motivasi
Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin
yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk
berprestasi. Dorongan
yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan
efisien.
o Sikap
Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan
terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak
kepadanya
Ø Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan
penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecendrungan kearah 2 hal.
o Pertama
yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal
ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan.
o Kedua
disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan
batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi
dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang
akan dicapai.
Jadi, berdasarkan
teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang
memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi
pula.
Ø Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan
merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu
seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa
yang dikehendaki oleh pemimpin.
Ø Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin
harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel,
sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
Ø Teori Kelompok
Agar tujuan
kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara
pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya
berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan
tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni
pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat,
keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan
bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi
orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas
dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu.
Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan
negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi
karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan
atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya
kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada
hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif.
Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak
situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.
Selain gaya
kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.
ü Otokratis
Kepemimpinan
seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan
dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan
kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi
kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang
diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas
ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan
pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
ü Partisipasif
Lebih banyak
mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang diambil
tidak bersifat sepihak.
ü Demokrasi
Ditandai adanya
suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan
keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis
cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat
mengarahkan diri sendiri.
ü Kendali Bebas
Pemimpin
memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat
longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan
tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam
menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari
orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu
gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan
orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi
dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan
gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi
tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap
membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Pemimpin yang
positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya merupakan
pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel pengecualian dari
ketiga gaya kepemimpinan diatas,yakni
model kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya
kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin
bekerja.dengan teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan
ditunjukkan oleh interaksi antara orientasi pegawai dengan 3 variabel yang
berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi. Ketiga variabel itu adalah hubungan
antara pemimpin dengan anngota ( Leader – member rolations), struktur tugas
(task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader position power). Variabel
pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin
oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik
untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang
melekat pada posisi pemimpin.
Model kontingensi
Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard.
Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari
hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan
(muturity) pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk
mengetahui kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut sebagai
individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok ,
pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.
Menurut Hersey
dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing – masing gaya
kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa
setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit
untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi yang
sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah satunya yang
terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya dari
sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara
seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu
bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah
~ Directing
Gaya tepat
apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki
pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda
berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan
apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi
over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan
dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan
aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan
detil yang sudah dikerjakan.
~ Coaching
Pemimpin tidak
hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan
mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan
juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita
telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini
kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya,
dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan
mereka.
~ Supporting
Sebuah gaya
dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan
tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi
tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan.
Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang
dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam
hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih
melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran –
saran mereka mengenai peningkatan kinerja.
~ Delegating
Sebuah gaya
dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya
kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya
telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka
menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya ini
tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung dari
lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya.
Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai ”situational leadership”.
Situational leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus
menyesuaikan keadaan dari orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah – tengah
dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya perilaku staf /
individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi,
penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan
keadaan. Inilah yang dimaksud dengan situasional lesdership,sebagaimana
telah disinggung di atas. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat
mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga
kemampuan khusus yakni :
Q Kemampuan analitis (analytical skills)
yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan motivasi bawahan dalam
melaksanakan tugas.
Q Kemampuan untuk fleksibel (flexibility
atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan
yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap situasi.
Q Kemampuan berkomunikasi (communication
skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya
kepemimpinan yang kita terapkan.
Ketiga kemampuan
di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang pemimpin harus
dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran
pengolah informasi (information processing), serta peran pengambilan keputusan
(decision making) (Gordon, 1996 : 314-315).
Peran pertama
meliputi :
ü Peran Figurehead ® Sebagai
simbol dari organisasi
ü Leader® Berinteraksi
dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya
ü Liaison ® Menjalin
suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan organisasi.
Sedangkan peran
kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :
ü Monitior ® Memimpin
rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam
suatu kepanitiaan.
ü Disseminator ® Menyampaikan
informasi, nilai – nilai baru dan fakta kepada bawahan.
ü Spokeman ® Juru
bicara atau memberikan informasi kepada orang – orang di luar organisasinya.
Peran ketiga
terdiri dari 4 peran yaitu :
ü Enterpreneur ® Mendesain
perubahan dan pengembangan dalam organisasi.
ü Disturbance Handler ® Mampu
mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang dalam keadaan menurun.
ü Resources Allocator ® Mengawasi
alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan waktu dengan melakukan
penjadwalan, memprogram tugas – tugas bawahan, dan mengesahkan setiap
keputusan.
ü Negotiator ® Melakukan
perundingan dan tawar – menawar.
Dalam perspektif
yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3 macam peran pemimpin
yang disebut dengan 3A, yakni :
ü Alighting ® Menyalakan
semangat pekerja dengan tujuan individunya.
ü Aligning ® Menggabungkan
tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga setiap orang menuju ke arah
yang sama.
ü Allowing ® Memberikan
keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan mengubah cara kerja mereka.
Jika saja
Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar
biasa. Karena jatuh
bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti.
Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut
tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas
pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
Rahasia utama
kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya,
bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika ingin
menjadi pemimpin yang baik jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri
dulu. Tidak akan bisa mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah diri
sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh, megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk
memikirkan membangun umat, membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong
kosong jika tidak diawali dengan diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah
diri sendiri adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.
II.3
KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI
Merenungkan
kembali arti makna kepemimpinan, sering diartikan kepemimpinan adalah jabatan
formal, yang menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen
yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika
dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya
sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh –
sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
A. Karakter
Kepemimpinan
Hati Yang
Melayani
Kepemimpianan
yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu
transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani
dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang
dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin
untuk menjadi pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita
saksikan betapa banyak pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat
publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan
dan dijanjikan ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan yang dilakukan
ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Paling tidak
menurut Ken Blanchard dan kawan – kawan, ada sejumlah ciri –ciri dan nilai yang
muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani,yaitu tujuan
utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang
dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun
golongan tapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin
memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya
sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelomponya. Hal ini sejalan
dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders
Around You. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya
untuk membangun orang – orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah
organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi
tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota
dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan
menjadi kuat.
Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada
mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan
kebutuhan, kepentingan, impian da harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah
akuntabilitas ( accountable ). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh
tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan,pikiran dan
tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada public atau kepada setiap
anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar.
Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpin.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan
kepentingan pribadinya melebihi kepentingan public atau mereka yang
dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan
maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam keadaan
tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.
B. Metode
Kepemimpinan
Kepala Yang
Melayani
Seorang pemimpin
tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus memiliki
serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak
sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu karakter dan
integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan formal, justru
tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yang baik.
Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk mengelola mereka yang
dipimpinnya.
Tidak banyak
pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah
diajarkan di sekolah – sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut dengan
Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.comada sebuah ulasan berjudul Can Leadership
Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metode kepemimpinan) dapat
diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada 3
hal penting dalam metode kepemimpinan, yaitu :
v Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan
visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan
perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat
melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang – orang yang ada
dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates
change more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat secara
dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin
adalah inspirator perubahan dan visioner yaitu memiliki visi yang jelas
kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses
untuk membawa orang – orang atau organisasi yang dipimpin menuju suatu tujuan
yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah
yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar serta
berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bias bertahan sampai
beberapa generasi. Ada 2 aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan
implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau
menciptakan visi bagi organisasinya tapi memiliki kemampuan untuk
mengimplementasikan visi tsb ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan
yang diperlukan untuk mencapai visi itu.
v Seorang
pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive. Artinya dia selalu
tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka
yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari
setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi.
v Seorang
pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang – orang
yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemempuan untuk
menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan
(termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya,
dsb), melakukan kegiatan sehari – hari seperti monitoring dan pengendalian,
serta mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
C. Perilaku Kepemimpinan
Tangan Yang Melayani
Pemimpin yang melayani bukan sekedar memperlihatkan karakter
dan integritas, serta memiliki kemampuan metode kepemimpinan, tapi dia harus
menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken
Blanchard disebutka perilaku seorang pemimpin, yaitu :
Ø Pemimpin
tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh – sungguh
memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam
perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa
memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.
Ø Pemimpin
focus pada hal – hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi.
Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih
banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tapi melayani
sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan
penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Ø Pemimpin
sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek , baik
pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa
menyelaraskan (recalibrating ) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan
dan sesame. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca
Firman Tuhan ).
Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard
yang sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa
Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ
the Ultimate Intelligence, salah satu tolak ukur kecerdasan spiritual adalah
kepemimpinan yang melayani (servant leadership). Bahkan dalam suatu penelitian
yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman, menunjukkan pemimpin –
pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya
adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang
–orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati,
mampu memahami spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik
bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.
II.4 KEPEMIMPINAN SEJATI
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan
hasil dari proses perubahan karakter atau tranformasi internal dalam diri
seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran
dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan
visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan
membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya
mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya
mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir
menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang
diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam
diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the
inside out ).
Kepemimpinan
sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan
adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan
seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga,
bagi lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi
negerinya. ” I don’t think you have to be waering stars on your
shoulders or a title to be leadar. Anybody who want to raise his hand can be a
leader any time”,dikatakan dengan lugas oleh General Ronal Fogleman,Jenderal
Angkatan Udara Amerika Serikat yang artinya Saya tidak berpikir anda
menggunakan bintang di bahu anda atau sebuah gelar pemimpin. Orang lainnya yang ingin mengangkat tangan
dapat menjadi pemimpin di lain waktu.
Sering kali
seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang
dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota
tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati
adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dam
maximizer.
Konsep pemikiran
seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para
pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor
& praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi
hati dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah
kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble).
Pelajaran
mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah
hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa
bangsanya dari negara yang rasialis menjadi negara yang demokratis dan
merdeka.Selama penderitaan 27 tahun penjara pemerintah Apartheid, justru
melahirkan perubahan dalam diri Beliau. Sehingga Beliau menjadi manusia yang
rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnya menderita selam
bertahun – tahun.
Seperti yang
dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan
dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang
dipimpinnya. Perubahan
karakter adalah segala – galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan
dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya
integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi
serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Sebuah jenis
kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait dengan kepemimpinan
sejati, yaitu :
Ø Q berarti kecerdasan atau intelligence.
Seperti dalam IQ berarti kecerdasan intelektual,EQ berarti kecerdasan
emosional, dan SQ berarti kecerdasan spiritual. Q leader berarti seorang
pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ,EQ,SQ yang cukup tinggi.
Ø Q leader berarti kepemimpinan yang memiliki
kualitas(quality), baik dari aspek visioner maupun aspek manajerial.
Ø Q leader berarti seorang pemimpin yang
memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam bahasa Mandarin yang berarti kehidupan).
Ø Q keempat adalah qolbu atau inner self.
Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang sungguh – sungguh mengenali
dirinya (qolbunya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya (self management
atau qolbu management).
Menjadi seorang
pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh
senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence-quality-qi-qolbu)
yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun
pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.
Rangkuman
kepemimpinan Q dalam 3 aspek penting yang disingkat menajadi 3C, yaitu :
· Perubahan karakter dari dalam diri
(character chage).
· Visi yang jelas (clear vision).
· Kemampuan atau kompetensi yang tinggi
(competence).
Ketiga hal
tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa
bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan
intrapersonal, kemampuan teknis, pengatahuan,dll) maupun dalam hubungannya
dengan orang lain (pengembangan kemampuan interpersonal dan metode
kepemimpinan). Seperti yang dikatakan oleh John Maxwell, ” The only
way that I can keep leading is to keep growing. The the day I stop growing,
somebody else takes the leadership baton. That is way it always it.”
Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa
bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih
kepemimpinan tsb.
II.5
KEPEMIMPINAN DAN KEARIFAN LOKAL
Kearifan local yaitu spirit local genius yang disepadankan
maknanya dengan pengetahuan, kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan
kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan berkenaan dengan penyelesaian
masalah yang relative pelik dan rumit,
Dalam suatu local (daerah ) tentunya selalu diharapkan
kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh
kedamaian dan suka cita. Kehidupan yang dipimpin oleh pimpinan yang dihormati
bawahannya. Kehidupan yang teratur dan terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang
mampu menciptakan suasana kondusif.
Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian
masalah tidaklah boleh didiamkan. Setiap masalah yang muncul haruslah
diselesaikan. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan, seseorang akan mampu
menaggulangi setiap masalah yang muncul.
Manusia di besarkan masalah. Dalam kehidupan local
masyarakat, setiap masalah yang muncul dapat ditanggulangi dengan kearifan
local masyarakat setempat. Contohnya adalah masalah banjir yang di alami
masyarakat di berbagai tempat. Khususnya di Bali, seringkali terjadi banjir di
wilayah Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata dunia tentu hal ini sangat tidak
menguntungkan. Masalah ini
haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan drainase dan infrastruktur
lainnya, diperlukan kematangan rencana agar pembangunan yang dilaksanakan tidak
berdampak buruk. Terbukti, penanggulangan yang cepat dengan membuat gorong –
gorong bisa menurunkan debit air yang meluber ke jalan.
Sebagai pemimpin
lokal, pihak Camat Kuta, I Gede Wijaya sebelumnya telah melakukan sosialisasi
terkait pembangunan gorong – gorong. Camat Kuta secara langsung dan tertulis
telah menyampaikan hal tersebut kepada pengusaha serta pemilik bangunan dalam
surat No. 620/676/ke/07 , tertanggal 27 desember 2007
VISI, MISI &
PERENCANAAN STRATEGIS
Pelajari Buku (ada di Perpustakaan AGH):
1. David, F. R. 2006. Strategic
Management. Penerbit salemba Empat. Hal sampul depan bgian dalam, 5-19,
68-95
2. Tripomo, T. dan Udan. 2005.
Manajemen Strategi. Penerbit Rekayasa`sain. Hal 54-65
3. Wall, B., R. S. Solum, M. R. Sobol.
1999. The Visionary Leader. Iteraksara. Hal59-134.
4. Utami, N.W. Strategi Pengembangan
Manggis di Kabupaten Sawalunto/Sijunjung, Propinsi Sumater Barat. Halaman:
31-36, 107-128.
Konsep Manajemen strategi adalah untuk
mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitif. Manajemen Strategis dapat
didifinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan
mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat
mencapai tujuannya. Manajemen Strategis berfokus pada mengintegrasikan
manajemen, pemasaran, keuangan/akuntasi, produksi/operasi, penelitian dan
pengembangan, dan sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi
(David, 2006).
Penyususnan strategi perusahaan dimulai dari
mengembangkan pernyataan Visi & Misi, malkukan audit internal dan
eksternal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan, mengevaluasi dan
memilih strategi, implementasi strategi dan dilanjutkan dengan mengukur dan
mengevaluasi kinerja perusahaan (Lihat Gambar pada halaman sampul buku David,
2006).
Sebelum menyusun pernyataan visi dan misi,
perlu dipahami adanya 3 unsur yang harus dimiliki perusahaan agar sukses,
ialah:
Sasaran bersama. Setiap karyawan dalam perusahaan biasanya akan bekerja spesialis
pada bidangnya, perhatian tertuju pada rincian pekerjaan sendiri, tetapi setiap
karyawan harus bekerja bersama-sama, dan mempunyai komitmen terhadap sasaran
–misi- perusahaan. Tanpa ada sasaran bersama dan komitmen untuk mensukseskan
sasaran tersebut, perusahaan tidak akan mampu bertahan.
Nilai-nilai
bersama. Ini adal;ah hal yang sangat penting
walaupun seringkali sulit ditentukan. Dalam mencapai sasaran bersama, karyawan
memerlukan nilai-nilai yang menuntun mereka dalam memperlakukan pekerjaannya
dan memperlakukan karyawan satu dengan yang lain. Perusahaan yang mau maju
perlu menegakkan budaya dalam perusahaan yang didasarkan pada kepercayaan dan
partisipasi. Budaya perusahaan akan membantu tumbuhnya kreativitas dan
produktivitas, serta meningkatkan karya karyawan maupun kehidupan mereka.
Kehadiran
kepemimpinan. Budaya perusahaan tidak dapat
dipertahankan tanpa kepemimpinan. Karyawan yang bekerja diperusahaan yang maju
dan produktif merasakan adanya hubungan pribadi dengan pimpinan perusahaan. Ini
merupakan hubungan yang mengilhami komitmen terhadap visi perusahaan. Pemimpin
merupakan penentu kualitas`lingkungan kerja (Wall, Solum & Sobol, 1999).
Pernyataan Visi
Pernyataan visi merupakan tahap pertama dalam
perencanaan strategis. Pernyataan visi seringkali merupakan kalimat tunggal
untuk menjawab ”Ingin menjadi apakah kita? Apa yang ingin kita capai?”.Visi
organisasi menggambarkan posisi penting atau peluang besar yang mungkin diraih
dimasa depan (Tripomo & Udan, 2005). Namun peluang tersebut hanya akan bisa
diraih dengan bekerja keras, sungguh-sungguh dan konsisten dalam jangka
panjang. Visi perusahaan dapat memusatkan, mengarahkan, memotivasi, menyatukan,
dan bahkan memberi inspirasi suatu bisnis untuk mencapai kinerja superior.
Pekerjaan dari penyusunan strategi adalah mengindentifikasi dan meramalkan visi
dengan jelas (Keane, dalam David, 2006). Pernyataan visi yang jelas memberikan
dasar untuk mengembangkan pernyataan misi yang komprehensif.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan
tentang pernyataan visi (Tripomo & Udan, 2005):
Visi menunjukkan arah strategis;
Visi lebih menunjukkan apa yang ingin
dicapai, buka bagaimana cara mencapainya;
Seperti pernyataan ’tujuan jangka panjang’,
visi bisa berupa hasil akhir (misalnya besar pendapatan dan keuntungan, besar
pangsa pasar, dsb.), bisa juga berupa kemampuan (misalnya mampu memproduksi
biodisel dengan oktan tinggi);
Visi dan goal berbeda dalam jangka waktu
pencapaian. Goal adalah suatu langkah yang harus dicapai dalam jangka waktu
tertentu untuk mencapai visi yang diinginkan;
Visi merupakan representasi dari keyakinan
mengenai bagaimanakah seharusnya bentuk organisasi perusahaan dimasa depan
dalam pandangan pelanggan, karyawan, pemilik, dan stakeholder lainnya. Selain
untuk memacu arah organisasi, pernyataan visi yang baik seringkali mampu
membangkitkan semangat, karena anggota organisasi merasayakin bahwa
organisasinya memiliki masa depan yang cerah.
Contoh
pernyataan visi beberapa perusahaan (David,
2006)
{ Organisasi nasional yang merepresentasikan anggotanya dalam semua
aspek dari unggas dan telur di tingkat nasional dan internasional (US Poultry
& Egg Association)
{ Visi USGS adalah menjadi pemimpin dunia dalam ilmu alam melalui
kualitas ilmu pengetahuan dan kepekaan terhadap kebutuhan masyarakat (US
Geological Survey)
{ Visi kami adalah menjaga mata anda (Stokes Eye Clinic)
{ Pimpinan global dalam pendidikan, sertifikasi, dan praktik
akutansi manajemen dan manajemen keuangan (Istitute of Management Accuntant)
Pernyataan Misi
Pernyataan Misi adalah penyataan tujuan
jangka panjang yang membedakan satu perusahaan dengan perusahaan sejenis lain.
Pernyataan Misi mengidentifikasi cakupan operasi perusahaan dalam difinisi
produk dan pasar menjawab pertanyaan ‘apa bisnis kita?’, menggambarkan nilai
dan prioritas suatu organisasi, sifat dan cakupan operasi saat ini &
evaluasi potensi pasar dan aktivitas masa depan, menggambarkan arah dan masa
depan organisasi. Pernyataan Misi menjawab pertanyaan yang mengandung alasan
kenapa perusahaan ini ada (Wall et
al., 1999):
Siapa kita?
Apa yang kita lakukan?
Untuk siapa kita melakukan?
Mengapa kita melakukan?
Fungsi pernyataan Misi:
Menetapkan sasaran perusahaan.
Mengkoordinasikan tindakan usaha.
Menyatakan sasaran perusahaan.
Menciptakan masa depan bagi perusahaan.
Pernyataan misi haruslah:
mengesankan
memaksa
dipusatkan pada pelanggan
mudah dihafalkan
Komponen
Pernyataan Misi (David, 2006)
1. Pelanggan – Siapa pelanggan
perusahaan?
2. Produk/jasa – Apa produk/jasa
utama perusahaan?
3. Pasar – Secara geografis, dimana
perusahaan berkompetisi?
4. Teknologi – Apa perusahaan
menerapkan teknologi terbaru?
5. Perhatian akan keberlangsungan,
pertumbuhan dan profitabilitas – Apakah perusahaan berkomitmen untuk pertumbuhan
dan kondisi keuangan yang baik?
6. Filosofi – Apa dasar-dasar
kepercayaan, nilai, aspirasi, dan prioritas etika perusahaan?
7. Konsep diri – Apakah kemampuan
khusus dan keunggulan kompetitif perusahaan?
8. Perhatian akan citra publik –
Apakah perusahaan responsif terhadap pemikiran sosial, masyarakat dan
lingkungan?
9. Perhatian pada karyawan – Apakah
karyawan merupakan aset yang berharga bagi perusahaan?
Karakteristik
Pernyataan Misi (David, 2006)
1. Deklarasi sikap dan pandangan:
a. Memungkinkan untuk perumusan dan
pemikiran alternatif tujuan dan strategi tanpa mengurangi kreativitas manajemen
b. Cukup luas untuk menyatukan
perbedaan secara efektif dan memiliki daya tarik bagi stake holder
2. Orientasi Pelanggan:
a. Mendifinisikan organisasi apa
& apa yang ingin dicapai organisasi
b. Cukup terbatas untuk
mengecualikan beberapa bisnis & cukup luas untuk memungkinkan pertumbuhan
yang kreatif
c. Membedakan satu organisasi dengan
organisasi lain
d. Menjadi kerangka kerja untuk
mengevaluasi aktivitas saat ini dan dimasa yang akan datang
e. Dinyatakan dalam difinisi yang
cukup jelas dan dipahami bayak orang dalam organisasi
3. Deklarasi kebijakan sosial:
a. Tanggung jawab organisasi
terhadap pelanggan, masyarakat, lingkungan, kelompok masyarakat tertinggal,
dsb.
b. Ini akan meningkatkan citra
publik terhadap perusahaan
Orientasi
Pelanggan (David, 2006)
Perusahaan modern tidak mengembangkan suatu
produk kemudian mencari pasar, tetapi mengindentifikasi kebutuhan &
keinginan pelanggan, kemudian menyediakan barang/jasa yg dapat memenuhi
kebutuhan. Pernyataan misi yang baik mengidentifikasi kegunaan produk
perusahaan terhadap pelanggannya, sebagai contoh:
· AT&T: berfokus pada
komunikasi bukan telepon
· Exxxon Mobil: berfokus pada
energi bukan minyak & gas
· Union Pasific: berfokus pada
transportasi bukan rail kereta
· Universal Studio: berfokus pada
hiburan bukan film
Kesalahan dalam
membuat Pernyataan Misi (Tripomo & Udan, 2005)
Banyak perusahaan membuat pernyataan misi,
namun pernyataan tersebut tidak berguna, karena kelemahan pernyataan tersebut.
Kelemahan pernyataan misi antara lain:
1. Seringkali penyataan misi tidak
menunjukkan keunikan, sehingga tidak dapat membedakan dengan perusahaan lain.
2. Pernyataan misi terlalu panjang,
sehingga sulit dipahami dan diingat.
3. Tidak berhasil menjadi inspirasi
bagi karyawan.
4. Tidak cukup luas, sehingga tidak
mampu mengantisipasi pertumbuhan.
5. Tidak cukup sempit untuk
memfokuskan arah pergerakan organisasi.
6. Pernyataan misi dibuat hanya
untuk formalitas.
Langkah-langkal
dalam rapat menentukan Misi (Wall, Solum dan
Sobol, 1999)
Menguraikan dan menetapkan maksud rapat
Meminta partisipasi penuh peserta rapat
Mendiskusikan pentingnya pernyataan misi. Ini
dimaksudkan agar seluruh peserta rapat memahami dan terdorong untuk aktif
memikirkan pernyataan misi. Beberapa pertanyaan yang bisa digunakan untuk
diskusi antara lain adalah:
Apakah sebabnya penting mempunyai pernyataan
misi
Bagaimana pernyataan misi digunakan dalam
perusahaan
Apa dampak yang akan timbul dengan adanya
pernyataan misi
Menggali pendapat mengenai unsur pernyataan
misi. Ada 4 pertanyaan yang perlu didiskusikan:
Siapa kita?
Apa yang kita lakukan?
Untuk siapa kita melakukan?
Mengapa kita melakukan?
Pendapat dari semua perserta rapat atas
pertanyaan tersebut harus dituliskan, kemudian digali tersu sampai habis dan
tidak bisa muncul pendapat baru. Daftar tersebut kemudian dibeberkan di depan
rapat dan kita minta peserta rapat menilai gagasan/jawaban tersebut. Gagasan
yang menurut peserta rapat penting harus ditandai. Gagasan ini yang kemudian
digunakan untuk menyusun Pernyataan Misi.
Menuliskan pernyataan Misi
Membuat konsensus atas pernyataan misi.
Menegaskan komitmen terhadap pernyataan misi.
Mensyahkan pernyataan misi.
Contoh Penyataan
Misi (David, 2006)
US Poultry & Egg Association:
1. Kami akan bekerjasama dengan
organisasi pemerintah yang terkait untuk menyelesaikan masalah umum
2. Kami berkomitmen terhadap
kemajuan semua bidang penelitian dan pendidikan dalam teknologi unggas
3. Pameran Unggas Internasional
harus selalu tumbuh dan memberi manfaat untuk peserta pameran dan pengunjung
4. Kami harus selalu tanggap dan
efektif terhadap perubahan kebutuhan dalam industri kami
5. Regulasi kami mengatur bahwa
tidak boleh melakukan duplikasi atas usaha organisasi lain dalam satu group
6. Kami akan berusaha terus menerus
memperbaiki kualitas dan keamanan produk unggas
7. Kami akan tgerus
berusaha meningkatkan ketersediaan produk unggas
Azas
Pedoman (Wall et al., 1999)
Perusahaan perlu mengembangkan azas-azas
khusus yang akan memberikan pedoman kepada pekerjaan dan hubungan dalam
perusahaan. Azas pedoman ini adalah dafter-tertulis dari nilai-nilai yang
dianut perusahaan. Pernyataan Misi menetapkan ’sasaran’, sedangkan Azas Pedoman
membentuk budaya yang diperlukan untuk mencapai sasaran tersebut. Pernyataan
Misi menetapkan tujuan perusahaan, Azas Pedoman menjelaskan bagaimana mencapai
tujuan itu dalam dua bidang:
Azas Pedoman menetapkan standar keahlian
untuk menyelesaikan pekerjaan dalam perusahaan. Tanpa standar yang jelas,
organisasi akan mengalai usaha yang tidak taat azas, karena karyawan tidak
mengetahui tingkat yang harus diperjuangkan untuk dicapai. Azas Pedoman
menetapkan tingkat kualitas dan keunggulan yang jelas, sehingga setiap karyawan
dapat memahami dan bercita-cita untuk mempertahankannya.
Azas Pedoman mengatur hubungan antar sesama
karyawan dalam organisasi pada semual lini dan tingkat. Setiap organisasi
mempunyai budaya, yang jika diabaikan akan berkembang dengan sendirinay secara
tidak terarah dan seringkali tidak produktif. Jika dibentuk secara sadar dan
dipelihara, budaya organisasi akan menambah kekuatan dan kreativitas yang
diperlukan oleh organisasi.
Ada 6 unsur budaya penting yang perlu
dikembangkan oleh perusahaan dan menajdi Azas Pedoman perusahaan tersebut,
ialah:
Pemusatan kepada menggairahkan pelanggan.
Perusahaan akan sukses atau gagal tergantung sampai dimana mereka mempunyai
komitmen untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam semua perusahaan yang
sukses, pelanggan adalah yang terpenting dalam pikiran setiap orang dalam
perusahaan.
Keinginan mendesak pada kualitas. Perusahaan
yang berhasil pada umumnya mempunyai cita-cita sedrhana ini:
Memuaskan pelanggan sepenuh hati
Membuat kesalahan nol.
c. Tidak melakukan pemborosan.
d. Melakukan hal-hal tersebut setiap
hari.
Perbaikan terus menerus. ”Sukses meupakan
perjalanan, bukan tempat tujuan”. Perusahaan yang berhasil tidak statis. Mereka
selalu, berubah, tumbuh dan bertambah baik. Hal ini akan terjadi jika dilakukan
perbaikan yang berkesinanbungan pada budaya perusahaan. Seringkali usaha
perbaikan yang dilakukan secara dramatis, besar-besaran, secara sekaligus akan
gagal mencapai tujuan. Perbaikan berkesinambungan, walaupun dalam hal-hal
kecil, sangat diperlukan oleh perusahaan. Karenanya budaya untuk selalu
melakukan perbaikan –walaupun hal kecil- perlu ditumbuhkan pada setiap
karyawan.
Partisipasi tingkat tinggi. Partisipasi
setiap karyawan dalam usaha perbaikan perusahaan perlu terus didorong. Karyawan
di garis depan, yang langsung menangani pekerjaan, adalah orang-orang yang
mengbetahui secara pasti masalah yang ada dalam pekerjaannya. Oleh karena itu
mereka perlu didorong untuk berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan.
Organisasi perlu menggali kearifan para karyawan, terutama yang paling dekat
dengan tindakan.
Kerjasama tim. Pentingnya kerjasama tim dan
hubungan tim yang efektif harus terus menerus ditekankan. Inti nilai ini adalah
menyarakan bagaimana, sebagai karyawan dan manusia, kita harus memperlakukan
dengan baik satu sama lain. Azas Pedoman harus dapat menjawab pertanyaan:
Apa yang diharapkan dari setiap orang dalam
perusahaan?
Bagaimana kita dapat bekerja bersama-sama
sebaik-baiknya dan masih mempertahankan kreativitas dan produktivitas
perorangan?
Etika dan kejujuran. Etika dan kejujuran
merupakan landasan dari organisasi. Pelanggaran etika –terutama oleh manajemen-
dapat merusak komitmen karyawan yang tidak akan dapat dipulihkan.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Kata pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan.
Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya,
tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa
kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan,
apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau
kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama
kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya,
bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan
sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang
tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir
dari proses internal (leadership from the inside out).
III.2 SARAN
Sangat diperlukan
sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu
perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri
sendiri.
Jika saja
Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa.
Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah
pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang
dipimpin.
Daftar pustaka
https://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar